Secangkir TEH yang Menginspirasi
Apa jadinya ketika secangkir teh dipagi hari tak memberi inspirasi.
Apakah mesti diganti dengan secangkir kopi panas?
Secangkir teh ataupun secangkir kopi adalah medium. Yang menjadi
mataairnya adalah jiwa, adalah kepekaan kita menangkap bulir-nulir hikmah dari
realitas yang kita hadapi.
Secangkir teh ataupun secangkir kopi adalah bumbu, adalah pelatuk
adalah stimulus menemukan ingatan kita tentang tetes-tetes embun hikmah itu.
Yang mungkin adalah teh hangat menjadi penawar dan kopi panas menjadi
beraroma nikmat tatkala jiwa kita memiliki ketajaman menangkap setiap kepingan2
hikmah yang berserakan disemesta.
Ketajaman menangkap makna; Butuh kejernihan jiwa dalam menyelami setiap
makna yang bertaburan. Bahan mentahnya telah tersedia dan selalu bersama kita.
Hanya kadang kita menjadi buta untuk melihat, begitu tidak peka untuk
mengecapnya.

Menjaga agar jiwa kita tetap menjadi jernih memanglah tak mudah,
ditengah pergolakan tarikan egoisme diri, ditengah pergumulan kepentingan
antara berpihak pada kebenaran atau kebathilan.
Mata air yang jernih itu, tetap harus dirawat dengan selalu bersetia
pada kebenaran. Bersetia artinya memilih untuk mengabarkannya pada setiap ruang
dan waktu.
Kebenaran itu selalu beriringan dengan nurani, selalu bersesuaian
dengan jiwa. Kebenaran itu selalu menemukan kata sepakat dari akal, dan selalu
dirangkul oleh cinta.
Perjalanan ini memang butuh banyak makna dan hikmah yang mesti dipetik,
diolah dan dijadikan makanan energi untuk jiwa. Sebuah proses insani dalam
berevolusi menuju kesempurnaan akal dan cinta. Sebuah proses menuju pada
kesempurnaanNya; puncak dari perjalanan insani dari setiap kita.
Apakah secangkir teh hangat, secangkir kopi panas pagi ini telah
memberi inspirasi dan makna?
Belum? Sini saya tambahkan jahe!
DENG ASFAR
Komentar