Kisah Aku & Kamu = Kita



“ Kenapa Harus Berjuang Sendiri Jika Berjuang Berdua dengan Berbagai Kesamaan Dan Perbedaan Di Antara Kita, Akan Membuat Perjuangan Kita Semakin Indah Untuk Dijalani. “




Obrolan saat kegiatan organisasi jadi awal semua cerita dari kehidupan aku sama kamu. Obrolan kita mulai dari pengenalan sampai pada tahapan keluarga. Kamu ternyata merupakan sosok anak pertama dari beberapa bersaudara yang di punggungnya sudah ada sebuah tanggung jawab. Orang tua kamu bahkan percaya kalau kamu bisa mengurus adik-adik kamu. Tidak mudah memang belajar sebuah tanggung jawab,Tapi sejauh ini kamu mampu memikulnya. Lain halnya dengan saya yang menjadi penengah dari tiga bersaudara serta tanggung jawab untuk menjaga kakak dan adikku. Perbedaan saya dan kamu adalah aku adalah anak kedua dan kamu adalah anak pertama dan Kesamaan saya dan kamu sebuah tanggung jawab. Leadership sudah jadi bagian dari kita. Itu juga jadi menambah koleksi cerita buat kita dikala bersama ataupun berpisah. Tidak sering memang kita punya waktu berdua untuk mengobrol. Tapi saat kesempatan itu ada obrolan kita tak pernah lepas dari keluarga. Apalagi saat bercerita tentang adikmu. Kamu pun lantas bertanya "memang punya adik berapa?" Maka aku jawab sembari menyimbolkan dengan jari dan kamu pun tersenyum manis. Seperti tidak percaya kamu menjawab "sama dong kayak aku". Dan aku pun sedikit terkejut dengan penuturan kamu. Tapi aku senang karena kita bisa saling shering tentang para adik maupun kakak yang melihat kita sebagai panutan. Kita bahkan kerap kali jadi sosok yang selalu nampak kuat sekalipun kita lagi lelah.

Kemandirian jadi kelebihan kita. Apalagi kita juga terlahir dari keluarga sederhana yang tentunya punya sejuta perjalanan hidup dengan berbagai kejadian yang berbeda-beda. Hubungan kita adalah sahabat, baru beberapa bulan sejak aku mengenal kamu dari kegiatan organisasi. Dan saat itu tanpa ragu-ragu kamu menceritakan sebagian kisah hidupmu yang penuh dengan kisah menarik serta banyak perjuangan yang kamu jalani. Kamu begitu percaya kepada saya sehingga kamu menceritakan kisahmu pada saya. Malam itu, aku baru benar-benar tahu apa impian dan arah hidup kamu ke depan. Ternyata menulis sudah setengah dalam hidup kamu. Masih sangat jelas ucapan saya kepada kamu ketika saya bertanya akan cita-cita kamu dan kamu pun menjawab tampa ragu “jadi pengajar atau  jadi penulis,”. Saya mensuppor apa yang menjadi cita-citanya agar dia tidak menyerah.  Dia mengajak saya untuk menulis tentang apa saja agar saya menjadi terbiasa dan suka akan menulis sampai saya pun suka untuk menulis. Ucapan kamu (jadi penulis) membuat aku yakin kalau di masa depan kita bisa jadi partner menulis yang kompak. Karena sama seperti kamu, menulis jadi satu-satunya hal yang bisa aku banggakan. Dan entah mengapa ada keinginan untuk menulis sebuah kisah dalam bentuk buku bersama kamu yang nantinya bisa menginspirasi banyak orang.

Aku yang begitu akrab denganmu tidak ragu dalam menyampaikan sesuatu. Sebuah janji yang saya buat dengan kamu untuk bertemu di tempat biasa. Dalam pertemun aku menceritakan kehidupanku kepadamu yang kadang kali menghilangkan semangat saya untuk terus berjalan dan berusaha. Tapi, kamu selalu mengingatkanku bahwa kehidupan bukan untuk di keluhkan tapi untuk di syukuri dan di jalani serta kamu selalu mencerita tentang sebuah kisah kehidup dari para nabi dan keluarga untuk menyemangati saya. Saya begitu berterima kasih kepada kamu karena telah menjadi sahabat saya. Berselang beberapa bulan kemudian kita menjadi lebih akrab. Hingga pada satu waktu saya memiliki rasa empati yang tinggi, tapi tidak peduli dengan diri sendiri terutama tentang perasaan. Entah sejak kapan hati ini mulai tertarik sama kamu. Kamu memang sahabat sekaligus teman yang baik hati dan ramah kepada orang-orang di sekitarmu. Mengetahui lebih banyak tentang kamu semakin membuat aku semakin masuk ke dalam hati kamu dan ingin terus bersama. Banyak kesamaan di antara kita yang tanpa sadar membuat aku berharap kamu adalah belahan jiwa di masa depan nanti. Kamu bahkan sudah jadi bagian doa dari setiap sujudku. Dulu aku sempat tidak mempercayai perasaanku ini, aku tidak yakin apakah aku bias bersamamu. Tapi waktu yang akhirnya menyakinkan aku kalau kamu layak aku perjuangkan. Sementara, entah kamu tahu atau pura-pura tidak ingin tahu. Kamu memilih bersikap dingin sekalipun aku sudah mencoba memberi sinyalnya. Aku pun sadar alasannya, untuk kamu perasaan suka itu bukanlah prioritas karena tanggung jawab itu masih banyak. Kamu pura-pura mengabaikan aku, tapi aku akan terus memperjuangkan hati kamu. Karena seperti halnya filosofi sang pendaki aku ingin mendaki sampai ke puncak bersama kamu bukan hanya menunggumu dipuncak.

Ini yang terakhir kamu harus tahu, tidak ada alasan khusus aku menyukai kamu. Secara harfiah inilah rasa sayang yang munculnya tidak bisa diprediksi. Kamu yang begitu sederhana akan membuat aku merasa spesial jika kamu bisa memilih aku sebagai teman berjuang kamu, partner hidup kamu dan sahabat kamu sampai akhir hayat. Jangan pernah ragu untuk berjuang bersama-sama. Dari pada kita berjuang sendiri, rasanya berjuang berdua akan lebih indah karena akan banyak yang bisa kita lakukan berdua dengan kesamaan kita.


                Ceritanya Sampai disini dulu,terima kasih bagi yang sudah membacanya. Salam saya kepada orang yang di perjuangkan semoga kita bisa menjalani hidup bersama.

Komentar

Postingan Populer